Ridwan's Blog

Jumat, 25 Februari 2011

Alat Musik Bambu Dari Toli-toli











MUSIK BAMBU “SASAKAN SANGKANAU”

Sasakan Sangkanau merupakan alat musik bambu tradisional yg terdapat dari Kabupaten Tolitoli Provinsi Sulawesi Tengah. "Sasakan" adalah bahasa Tolitoli yang artinya kita semua bersaudara. Sementara "sangkanau" berasal dari bahasa Sanger Talaud, Sulawesi Utara, yang memiliki arti sama. Perpaduan nama dalam dua bahasa tersebut diambil berdasarkan sejarah lahirnya musik bambu di Tolitoli yang bermula dari Sanger, kemudian dikembangkan oleh orang Sanger yang sudah kawin mawin dan lahir di Tolitoli.

Ketua Dewan Adat Tolitoli Ibrahim Sauda menceritakan, masuknya musik bambu ke Tolitoli terjadi saat kerajaan Tolitoli berada dibawah kekuasaan Raja Muhammad Saleh Bantilan, 1922. Saat itu sejumlah guru dari Sanger datang pesiar ke Tolitoli dengan membawa alat musik bambu dan singga di rumah raja. "Saat itulah Raja Muhammad Saleh Bantilan memasukkan musik bambu dalam kurikulum di sekolah dasar dan SMP," kata Ibrahim sembari mengaku pernah meniup salah satu alat musik tersebut saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

Weyan Sasila, salah satu personil musik bambu yang lahir di Sanger tahun 1946, mengatakan, konon musik bambu tersebut sudah ada sebelum Jepang datang menjajah Indonesia. Musik tersebut digunakan saat pesta adat Sanger ataupun acara pernikahan. Bambu yang digunakan sebagai alat musik tiup tersebut bukan sembarang bambu. Masyarakat Sanger menyebutnya bambu china. Warnanya kekuning-kuningan berloreng dan tebal. Bagian-bagian bambu mulai dari potongan ujung hingga bagian bawah dirakit sedemikian rupa menyerupai saksafon atau klarinet hingga mengeluarkan bunyi nada.



Bambu bagian tengah dirakit hingga mengeluarkan nada re mi dan fa serta nada kontra so la si do. Sementara bambu pada bagian bawahnya dirakit hingga menghasilkan suara bass. Musik bambu itu ikut memeriahkan peringatan 17an. (Ridwan S.)

Alat Musik Bambu Lembah Behoa



   Kesenian Musik Bambu dari Lembah Behoa (Lore Tengah)
Di desa-desa di sekitar Taman nasional Lore Lindu terutama di daerah Lembah Behoa (Lore) , Moment Agustusan merupakan momen untuk menampilkan berbagai kesenian tradisional mereka. Untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, salah satu kesenian yang dilombakan adalah musik bambu.   Ajang ini diikuti oleh grup musik bambu yang merupakan perwakilan dari desa masing-masing.  Sebelum acara lomba, desa-desa akan riuh rendah dengan alunan musik dari intrument bambu.  Mereka berlatih keras agar bisa menjadi juara.  Menurut salah satu teman yang merupakan masyarakat asli di Lore, ada budaya yang berkembang di masyarakat, bahwa masyarakat Lore sangat serius dan tidak main-main bila menyangkut acara perlombaan. Tidak peduli ajang di tingkat kampung, kecamatan atau tingkat di atasnya.

Salah satu grup musik bambu dari Desa Doda Kecamatan Lore Tengah, terdiri dari banyak pemain, meliputi perempuan dan laki-laki. Dari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), warga Lore Tengah khususnya Desa Doda memberikan latihan/cara memainkan alat musik bambu ini kepada anak-anak SD. Anak-anak tersebut sangat antusias untuk dapat memainkan alat musik bambu dengan baik. Kegiatan latihan bermain musik bambu ini dijadikan kegiatan rutin pada Sekolah Dasar di Desa tersebut.
Alat musik dibuat sendiri oleh masyarakat, dan di tiap desa ada yang ahli dalam membuat alat musik tiup ini.  Bentuknya juga macam-macam, bahkan ada yang mirip terompet besar namun dibuat dari bambu.  



Grup musik bambu ini mempunyai seorang dirigen untuk mengatur agar musik selaras dan harmoni.   Instrument suling yang kecil biasanya dimainkan oleh para wanita sedangkan para laki-laki memainkan instrument yang besar. Nada-nada yang dimainkan bukanlah nada pentatonik namun nada diatonik seperti alat musik pada umumnya.   Selain untuk lomba, musik bambu juga dimainkan pada saat penyambutan tamu atau perayaan-perayaan lainnya.  Sebagai warisan budaya, permainan alat musik ini menjadi kegiatan ekstrakurikuler di setiap Sekolah Dasar yang berada di Desa Doda sehingga dapat tetap terjaga hingga anak cucu.,.(Ridwan S.)